Monday 1 June 2015

Tentang Pria yang Menanti dengan Sebuket Mawar Segar di Tangan

Sahabat,
jangan kau bertanya padaku tentangnya
karena aku tidak tahu entah sejak kapan dia ada di sana.
Berdiri dalam bayang, dengan bunga yang selalu segar dalam pelukan
seperti menanti seseorang pulang.

Aku melihatnya setiap hari saat aku pergi
dan dia masih ada di sana saat aku kembali.
Kadang aku melihatnya bercengkerama dengan temannya,
kadang dia termangu sendirian.
Tetap dengan sebuket mawar segar di tangan.

Kadang mata kami bertemu, lalu dia tersenyum ramah
tapi tak pernah menyapaku.
Dan mungkin karena aku malu, aku hanya bisa berdiri gagu
ragu untuk menyapanya terlebih dulu
meski sungguh aku ingin bertanya.
Seperti apa orang yang selalu dia nanti?
mengapa dia setia menanti?

Entah sejak kapan melihat sosoknya di sana
seperti sebuah keharusan untuk memulai hari.
Bertemu pandang, berbalas senyum, lalu aku berlalu.
Dan dia masih tetap setia menanti,
dengan seikat mawar segar dalam pelukan.

Suatu hari ketika aku kembali
pria di balik bayang dengan sebuket mawar segar di tangan
tak kunjung kutemukan.
“Oh, mungkin yang dia tunggu sudah pulang.”
Itu pikirku. 
Tapi aku lalu termangu.
Ada yang hilang dari hariku.


Tapi tiba-tiba saja kamu sudah ada di sebelahku.
“Selamat datang,” katamu pelan,
seperti bel yang berdering membangunkan sel syarafku,
meski aku tidak yakin kamu tahu.
Ah, aku rindu.

Lalu sebuket mawar merah segar yang selalu ada dalam pelukanmu itu,
yang selalu kau peluk dari balik bayang,
kau serahkan padaku.


Menerimanya, aku hanya bisa berbisik pelan,
“... aku pulang.”


Jogja, 1 Juni 2015

#NulisRandom2015
#Day1


P.S.
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti challenge #NulisRandom2015, tantangan untuk menulis satu entri setiap hari, yang diperkenalkan oleh sahabat saya. Info lebih lanjut bisa dibaca di sini.

No comments:

Post a Comment